ANTARA – Perubahan cepat di pasar otomotif saat ini menggambarkan kondisi VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous). Istilah ini berarti situasi yang mudah berubah, tak pasti, rumit, dan tak jelas. Dalam kondisi seperti ini, pelaku industri dituntut untuk menyesuaikan diri dengan cepat agar tetap relevan dan kompetitif.
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menyampaikan bahwa pelaku usaha perlu meninjau ulang strategi lama yang tak lagi sesuai dengan situasi terkini. Ia menilai kemampuan beradaptasi menjadi faktor utama untuk bertahan di tengah perubahan besar yang terjadi di industri otomotif.
Pelaku industri harus lebih jeli membaca arah pasar. Mereka tak bisa lagi mengandalkan strategi konvensional yang digunakan sebelumnya. Respons cepat terhadap perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, serta perkembangan teknologi seperti elektrifikasi dan digitalisasi kendaraan menjadi keharusan.
Yannes mengatakan merek yang gagal menyesuaikan diri akan kehilangan relevansi, meski dulu sempat mendominasi pasar. Ia mencontohkan produsen kamera Kodak dan handphone BlackBerry yang dulu memimpin.Tapi akhirnya mereka tumbang karena tak mampu bertransformasi menghadapi perubahan zaman.
Ia menekankan bahwa kemampuan berinovasi, membaca tren, dan mengambil keputusan berbasis data adalah kunci bertahan hidup di tengah arus VUCA yang semakin kuat. Menurutnya, banyak merek besar runtuh bukan karena kesalahan masa lalu, tetapi karena terlalu nyaman di zona aman.Yannes menutup dengan pandangan bahwa dalam era VUCA, satu-satunya hal yang abadi adalah kemampuan untuk terus berubah. Ia menilai, sikap rendah hati dan kesadaran untuk beradaptasi tanpa terjebak pada ilusi kejayaan masa lalu menjadi faktor penting untuk bertahan di industri otomotif saat ini. (*)









