INILAH.COM – Konsumen Indonesia menunjukkan pola pikir tersendiri dalam memilih kendaraan. Meski Pemerintah dan produsen terus mendorong adopsi mobil listrik, mobil bermesin konvensional (internal combustion engine, ICE) dan hybrid electric vehicle (HEV) masih mendominasi pasar mobil bekas. Keduanya lebih stabil dari sisi penurunan nilai (depresiasi) dan nilai jual kembali.
Platform jual beli mobil bekas OLXmobbi mencatat kenaikan aktivitas selama tahun 2025. Jumlah pelanggan yang melakukan tukar tambah naik 53 persen dibanding tahun lalu. Sementara jumlah penjual meningkat 47 persen di periode yang sama.
Direktur OLXmobbi Agung Iskandar menjelaskan mayoritas mobil yang dijual melalui platform tersebut masih dalam kondisi baik. Seluruh unit diseleksi ketat, termasuk pemeriksaan agar mobil bebas banjir. Agung menilai pencapaian tahun ini menunjukkan pasar mobil bekas makin sehat dan tetap menjadi penggerak industri otomotif.
Data internal OLXmobbi menunjukkan rata-rata harga mobil yang terjual pada pameran otomotif besar tahun ini sekitar Rp150 juta. Untuk mobil hybrid, rata-rata harga mencapai Rp300 juta. Sebaliknya, mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle, BEV) hanya sekitar Rp115 juta.
Tingkat depresiasi mobil listrik tercatat jauh lebih tinggi. Mobil ICE dan HEV mengalami penurunan nilai sekitar 10 hingga 15 persen per tahun, sedangkan BEV turun 35 hingga 60 persen per tahun. Penurunan ini disebabkan cepatnya pembaruan model dan lembaga pembiayaan yang mau mendanai pembelian mobil listrik bekas masih sedikit.
Model ICE dan hybrid tetap menjadi favorit, seperti Toyota Kijang Innova, Avanza, dan Yaris Cross. Untuk mobil listrik, Wuling Air EV menjadi model paling banyak dijual, namun volumenya masih tertinggal jauh dibanding segmen konvensional dan hybrid. Jenis kendaraan yang paling banyak dicari tetap model serbaguna (multipurpose vehicle, MPV), sport utility vehicle (SUV), dan hatchback karena dinilai fungsional untuk keluarga.
Konsumen kini lebih mempertimbangkan nilai jangka panjang sebelum membeli mobil. Kendaraan dengan depresiasi rendah dan kemudahan perawatan lebih diminati. Kondisi ini menunjukkan tren pembelian kendaraan di Indonesia makin dipengaruhi pertimbangan ekonomi, bukan sekadar mengikuti perkembangan teknologi. (*)









