Pembeli Mobil Listrik di Indonesia Masih Didominasi Segmen Menengah Atas

Foto: Wuling

CNN – Pasar mobil listrik di Indonesia masih didominasi konsumen yang bukan pembeli mobil pertama. Kelompok ini berasal dari kalangan menengah atas dan sebagian besar termasuk early adopter dan early majority. Early adopter merupakan kelompok konsumen yang mengadopsi produk, teknologi, atau inovasi baru lebih awal dibandingkan masyarakat umum. 

Sementara, early majority merupakan kelompok konsumen yang mulai membeli dan menggunakan inovasi setelah early adopter. Kelompok early majority cenderung lebih rasional dan berhati-hati sebelum memutuskan membeli, sehingga jumlahnya jauh lebih besar dan menentukan perluasan pasar.

Kesimpulan ini merupakan hasil riset ID COMM, sebuah perusahaan hubungan masyarakat yang berfokus pada isu sustainable development goals atau tujuan pembangunan berkelanjutan. Riset dilakukan melalui wawancara dengan konsumen, pelaku industri, media, serta analisis kebijakan dan regulasi kendaraan listrik.

Pembelian mobil listrik saat ini lebih mencerminkan pergeseran perilaku konsumen. Peralihan terjadi dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik, bukan dari masyarakat yang sebelumnya belum memiliki mobil.

Motivasi pembelian mobil listrik didominasi faktor psikologis. Konsumen merasa bangga menjadi bagian dari early adopter karena dianggap sebagai penentu tren dan merepresentasikan gaya hidup modern.

Proses pengambilan keputusan pembelian mobil listrik tidak jauh berbeda dengan mobil berbahan bakar fosil. Konsumen banyak dipengaruhi lingkungan sekitar, media sosial, serta influencer otomotif dalam mencari ulasan dan membandingkan merek.

Riset juga menemukan seluruh responden pemilik mobil listrik telah memiliki mobil konvensional sebelumnya. Harga mobil listrik yang dibeli berada pada rentang Rp189 juta hingga Rp1,58 miliar.

Temuan tersebut menegaskan pengguna mobil listrik saat ini masih didominasi oleh segmen menengah atas. Hal ini ditunjukkan dari kepemilikan kendaraan konvensional sebelumnya serta rentang harga mobil listrik yang relatif tinggi, sehingga mobil listrik belum menjadi pilihan utama sebagai kendaraan pertama bagi sebagian besar konsumen.

Dari sisi usia, konsumen mobil listrik terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama berusia 25 hingga 35 tahun, disusul usia 36 hingga 50 tahun, serta kelompok usia di atas 50 tahun yang mengutamakan kenyamanan dan efisiensi biaya.

Faktor ekonomi juga berperan penting dalam pembelian mobil listrik. Biaya operasional yang lebih rendah dan insentif pajak tahunan sekitar Rp150 ribu memperkuat daya tarik, terutama bagi konsumen dengan mobilitas tinggi.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan pertumbuhan signifikan penjualan mobil listrik berbasis baterai. Hingga bulan Oktober 2025, penjualan mencapai 69.146 unit, meningkat dibandingkan total 43.188 unit sepanjang tahun 2024.

Lonjakan penjualan mobil listrik terjadi pada bulan Oktober 2025 dengan capaian 13.867 unit. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan September yang tercatat 4.097 unit. Penjualan segmen PHEV (plug-in hybrid electric vehicle) di bulan Januari hingga bulan Oktober 2025 mencapai 3.798 unit, naik signifikan dari 136 unit sepanjang 2024.

Penjualan mobil hybrid konvensional belum melampaui capaian tahun sebelumnya. Hingga bulan Oktober 2025, penjualan tercatat 51.566 unit, masih di bawah total 59.903 unit pada 2024.

Untuk mendorong pasar menuju fase early majority, diperlukan penyelarasan lintas sektor. Upaya ini mencakup konsistensi kebijakan, kejelasan arah bisnis industri, serta edukasi publik yang menekankan manfaat praktis kendaraan listrik.

Kepercayaan konsumen juga sangat bergantung pada infrastruktur pendukung. Faktor kunci meliputi kualitas SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum), layanan purna jual, serta ketersediaan suku cadang.