54 Tahun di Indonesia, Toyota Investasi Rp100 Triliun dan Serap 360 Ribu Pekerja

Layanan servis Toyota

CARVAGANZA — Toyota Indonesia selama 54 tahun beroperasi di Indonesia telah menanamkan total investasi Rp100 triliun. Investasi tersebut dilakukan secara bertahap oleh Toyota Indonesia untuk memperkuat kapasitas produksi, memperluas jaringan pemasok lokal, serta mengembangkan teknologi kendaraan ramah lingkungan di berbagai lini operasionalnya di Tanah Air. 

Dana diarahkan tak hanya untuk memperluas kapasitas produksi kendaraan konvensional dan elektrifikasi, tetapi juga untuk memperkuat riset, pengembangan komponen lokal, serta peningkatan efisiensi rantai pasok domestik. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menggandeng lebih dari 240 pemasok tier 1 serta 520 pemasok tier 2 dan tier 3. Ini termasuk industri kecil dan menengah (IKM) dari berbagai daerah. 

Kemitraan tersebut tak hanya memperkuat kemandirian industri, tapi juga mendorong tingkat kandungan lokal produk Toyota yang kini mencapai lebih dari 80 persen. Langkah ini menunjukkan bahwa dalam transformasi otomotif faktor pentingnya adalah kesiapan rantai industri domestik untuk menghadapi pasar global yang semakin kompetitif.

Toyota Indonesia juga memfokuskan perhatiannya pada pengembangan tenaga kerja melalui dua lembaga pendidikan internal– Toyota Learning Center (TLC) dan Akademi Komunitas Toyota Indonesia (AKTI). AKTI telah meluluskan lebih dari 400 alumni yang siap bekerja di bidang produksi dan pemeliharaan industri otomotif modern. 

Lulusan AKTI dianggap sigap menghadapi kebutuhan industri berkat kurikulum yang menekankan 70 persen praktik dan 30 persen teori. Selain itu, Toyota juga mengembangkan sistem magang nasional (apprenticeship) sebagai wadah bagi generasi muda untuk mendapatkan pengalaman langsung di dunia kerja manufaktur, sekaligus mengisi kebutuhan tenaga trampil di era transisi energi.

Dalam menghadapi teknologi mobil listrik, Toyota Indonesia menerapkan strategi multi pathway, yaitu pendekatan teknologi beragam. Ini mulai dari hybrid electric vehicle (HEV), plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), battery electric vehicle (BEV), hingga fuel cell electric vehicle (FCEV) dan flexy fuel vehicle.  Pendekatan ini dianggap paling realistis bagi negara berkembang seperti Indonesia, karena memperhitungkan kesiapan infrastruktur energi, daya beli masyarakat, dan rantai pasok baterai. 

Melalui investasi berkelanjutan, program pendidikan vokasi, dan kolaborasi dengan ratusan pemasok lokal, Toyota mempertegas perannya sebagai motor penggerak pembangunan industri otomotif nasional. Fokus utamanya kini bukan hanya menghasilkan kendaraan, tetapi membangun ekosistem yang tangguh, berdaya saing, dan ramah lingkungan. (*)